Minggu, 08 Mei 2011

MENINGKATKAN KECERDASAN BANGSA DAN MUTU SUMBER DAYA MANUSIA DI PENDIDIKAN MELALUI SOFT SKILL UNTUK MENGHADAPI ERA DUNIA KERJA

WRITTEN BY MARCOS TANU WIJAYA

Cara melaksanakan pendidikan di Negara Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia itu sendiri, sebab pendidikan di Negara Indonesia yang dimaksud di sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia. Seperti aspek ketuhanan itu sendiri sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti melalui pendidikan-pendidikan agama di sekolah maupun di perguruan tinggi, melalui ceramah-ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan beragama di asrama-asrama, lewat mimbar-mimbar agama dan ketuhanan di televisi, melalui radio, surat kabar dan sebagainya. Bahan - bahan yang diserap melalui media itu akan berintegrasi dalam rohani para siswa atau mahasiswa.
Selain itu, pengembangan atau perluasan untuk meningkatkan pengetahuan akan bidang yang dikuasai telah dikembangkan di sekolah-sekolah maupun perguruan yang ada. Seperti halnya terdapat laboratorium, lapangan olahraga, tempat seperti bengkel dan ruang music juga banyak telah disiapkan dan disajikan. Dimana semua itu dilakukan untuk dapat meningkatkan pengetahuan siswa maupun mahasiswa yang mereka kuasai. Agar menjadi modal dasar, ketika menyelesaikan jenjang pendidikan tersebut. Namun untuk pengembangan pikiran itu sendiri sebagian besar dilakukan di sekolah - sekolah atau perguruan - perguruan tinggi melalui bidang studi - bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para siswa atau mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah yang ada, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya.
Sekolah - sekolah masih jarang dan mungkin tidak ada untuk system untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam soft skill. Selain mempresentasikan hasil yang dibuat atau tugas yang dilakukan. Siswa maupun para mahasiswa diharapkan pula untuk dapat beraktifitas dengan mengikuti organisasi, perlombaan yang ada, melakukan aktifitas yang berhubungan dengan masyarakat seperti mengikuti kegiatan social yang diadakan di sekolah, kemudian juga kegiatan seperti berwirausaha, mengikuti seminar pendidikan maupun social yang ada, mengikuti perkembangan dengan mendatangkan para pakar yang ada, kemudian melatih mereka dengan berwawancara dengan para pembicara dalam seminar tersebut, dan juga berani untuk dapat menunjukan dan mengimplementasikan hasil karya yang dimiliki oleh siswa maupun mahsiswa tersebut di depan public.
Agar dapat melatih mereka dalam berdialog atau bebicara dengan public atau masyarakat dan dalam praktek. Karena dengan hal tersebutlah dapat meningkatkan kecerdasan dan mutu atau kualitas dari siswa maupun mahasiswa tersebut. Dimana mereka juga diberikan modal soft skill untuk menunjang hard skill yang telah diajarkan oleh para pengajar.
Menurut Jessica Hollbrook hard skills sendiri dapat diartikan sebagai processes, procedures, industry specific jargon and are easy to measure and quantify. They are terms such as; account management, talent acquisition and development, client retention, data management, project management, accounts receivable and payable, product support, and new business development. Personal and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g., coaching, team building, decision making,initiative). Soft skills do not include technical skills, such as financial, computer, quality, or assembly skills.
Hard skills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Contohnya adalah seorang siswa ataupun mahasiswa yang mampu mengusai dalam bidang membuat program. Dimana dia mampu membuat program yang rumit dan dia mampu menjalankan program tersebut. Sehingga dia telah mengusai tekniknya dan terampil dalam bidangnya dapat disebutkan dia telah memiliki modal hard skill. Sementara itu, soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal (Dennis E. Coates, 2006). Contohnya adalah seseorang yang memiliki sikap etis dan mampu bernegoisasi atau bercakap dengan baik dan enak didengar oleh lawan bicara.
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sendiri pentingnya penguasaan soft skill dan hard skill dibuktikan dengan penetapan pendidikan akan kecakapan hidup dalam pembelajaran. Didefinisikan pula bahwa seorang siswa atau mahasiswa memiliki beberapa kecakapan, yang harus mampu diimplementasikan dalam pembelajaran. Sehingga diperlukan soft skill untuk menunjang hard skill yang ada di dalam diri mereka.
Dalam dunia kerja sendiri soft menjadi salah satu factor penilain yang diperhatikan. Walaupun dalam dunia pendidikan hard skill adalah sesuatu yang menjadi factor yang diperhatikan. Sehingga menyebabkan terjadi suatu kesenjangan antara soft skill dan hard skill. Dimana soft skill untuk dunia kerja, sedangkan hard skill yang menjadi prioritas di pendidikan. Walaupun kita mengetahui dengan pasti bahwa seseorang yang menempuh pendidikan adalah selain memperoleh ilmu, juga untuk menempuh di dunia kerja.
Hal itu dapat juga dilihat dari banyaknya kalangan industri yang mengeluhkan bahwa lulusan pendidikan sekarang banyak yang kurang memiliki sikap yang baik. Sikap yang baik disini misalnya, tidak dapat memenuhi kontrak kerja, atau tidak dapat menentukan gaji pertama mereka sendiri tetapi setelah dua bulan bekerja mereka mengeluh tentang gaji yang rendah, kurang dapat bekerja sama, tidak punya sikap leadership, integritas pribadi dipertanyakan, etika kurang, atau tidak mampu mengimplementasikan idea, atau juga tidak bisa menyampaikan gagasan yang dimilikinya dan sebagainya yang semuanya tidak dapat ditelusuri dari nilai yang tinggi dan kelulusan yang tepat waktu semata.
Sikap yang baik, mempunyai perilaku etis, mampu mengahadapin persaingan yang ketat atau kompetitif, mempunyai jiwa leadership, dan sebagainya adalah beberapa atribut soft skill. Dimana atribut tersebut juga menjadi salah factor yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Sehingga menurut Suprayitno (2007) mengibaratkan antara hard skill dan soft skill seperti konsep Yin dan Yang, yang memang tidak bisa dipisahkan untuk menuju kesuksesan karir seseorang. Terutama para lulusan pendidikan dalam menghadapin dunia kerja yang di era pesar bebas atau era global seperti ini.
Sehingga melalui soft skill diharapkan dapat memenuhi criteria yang dibutuhkan dalam dunia kerja yang serba kompetitif atau semakin ketat. Untuk meningkatkan kecerdasan bangsa dan mutu sumber daya manusia itu sendiri, khusunya para lulusan pendidikan di Negara Indonesia. Karena dengan suksenya seseorang tidak hanya dapat ditentukan dengan hard skill, tetapi juga di tentukan melalui soft skill yang dimiliki. Sama halnya dengan para lulusan pendidikan dimana mereka tidak hanya mencari ilmu, namun juga memperoleh sesuatu sebagai modal dalam menghadapin dunia kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar